arlina nurul ikhsani

Betapa sederhananya jika sekolah hanyalah tempat menuntut ilmu. Kamu hanya perlu datang, belajar di kelas, lalu pulang dan kembali keesokan harinya dengan membawa buku PR. Sayangnya, kenyataannya tidak seperti itu. Suka atau tidak, bagi remaja sekolah adalah segala-galanya. Di sekolah kamu juga berteman, berpacaran, dan berkreasi. Sekolah adalah tempat kamu menemukan identitas. Sekolah adalah rumah kedua kamu. Sekolah adalah dunia kamu, semesta kamu. Segala-galanya.

Bayangkanlah jika sekolah yang merupakan pusat kehidupan itu malah menjadi neraka bagi kamu. Mungkin karena kamu digencet oleh seseorang atau sejumlah teman. Atau gara-gara kamu merasa tak sanggup mengikuti kurikulum sekolah yang terlalu berat bagi kapasitas otak kamu. Barangkali lantaran kamu menjadi bulan-bulanan kakak kelas. Siapa tahu akibat kamu sengsara karena cinta kamu pada teman sekelas bertepuk sebelah tangan. Apapun juga penyebabnya, pastilah kamu jadi malas berangkat sekolah, sering bolos, tidak berprestasi, dan stres.

Dalam kondisi tak menguntungkan seperti itu wajar kalau kamu berpikir untuk pindah sekolah. Tentu saja realisasinya tak semudah yang kamu bayangkan. Orangtua sukar mengabulkannya, kecuali kamu memberikan alasan logis yang bisa mereka terima. Tapi biasanya remaja tak bisa mengutarakan problem yang dihadapinya di sekolah dengan sekolah. Rasa malu, bingung, dan takut membuat alasan yang disampaikan pada orangtua terkesan emosional dan ditolak mentah-mentah.

Sebenarnya pindah sekolah bukanlah solusi yang tepat. Seberat apapun masalahnya, kamu tidak akan terbebas dari masalah itu dengan pergi begitu saja. Masalah harus dihadapi, bukan diingkari. Di sekolah baru pun kamu akan tersandung masalah. Malah mungkin di sana kamu akan terlilit masalah yang lebih rumit. Jadi, jelaslah bahwa pindah sekolah bukanlah jalan keluar yang baik, melainkan sekedar jalan pintas yang tidak mendidik.

Bagi banyak siswa, problem terberat di sekolah bukanlah menyangkut pelajaran. Problem pelajaran sedikit banyak bisa diatasi jika siswa lebih tekun menyimak pelajaran, mengerjakan semua tugas, belajar dengan teman, serta ikut pelajaran tambahan. Justru masalah pergaulanlah yang lebih membingungkan. Mencari teman yang cocok tidak mudah karena ada masalah perbedaan latar belakang minat, kecerdasaan, serta status sosial keluarga. Anak yang kaya biasanya bergaul dengan anak orang kaya juga; yang cakep hanya mau segang dengan yang sama cakepnya; dan seterusnya. Perebutan teman sering terjadi. Siswa yang paling populer kadang tidak segan menggencet siswa yang tidak beruntung.

Jika kamu menghadapi satu atau lebih maslah di atas, sadarilah bahwa kamu bukanlah satu-satunya orang yang punya masalah seperti itu. Jangan menanggung masalah kamu seorang diri. Kamu bisa mendiskusikannya dengan wali kelas atau guru BP serta orangtua kamu. Jika bicara dengan orangtua terasa mengerikan, tak ada salahnya kamu ajak bicara dulu kakak kamu dan dialah yang akan mengajak bicara mama dan papa. Yang penting jangan berbohong. Kalau kamu berbohong, orangtua bisa salah paham dan problem kamu malah akan semakin rumit.

Tentu saja tidak setiap orangtua peka terhadap masalah yang dihadapi anaknya di sekolah. Seandainya mama dan papa tidak memberikan solusi yang bijaksana, kamu tidak perlu putus asa. Setiap masalah pasti ada solusinya kok. Kamu kan bisa mencari bantuan ke guru ngaji, misalnya. Percayalah kelak ketika kamu dewasa kamu akan mengenang kesusahan kamu di sekolah dengan tersenyum. Problem-problem itulah yang menempa kamu menjadi dewasa.



Berikut ini adalah tip dari Nancy Fisk Maletz, psikoterapi dari Amerika, untuk kamu yang punya masalah dengan pergaulan di sekolah :

1. Jangan membicarakan kejelekan atau kesalahan orang lain. Semua teman di sekolah itu pada dasarnya baik-baik saja. Bahkan jika kamu tidak suka pada orang tertentu, perlakukan orang tersebut bukan sebagai musuh, melainkan sebagai kenalan biasa.

2. Percayakan rahasia kamu hanya pada orangtua, bukan pada teman, terlebih orang asing yang hanya berkomunikasi dengan kamu di internet atau telefon. Tidak peduli betapa baiknya seorang teman kepada kamu saat ini, dia bisa berbalik arah menjadi musuh suatu ketika dan membocorkan rahasia kamu.

3. Bertemanlah dengan banyak orang dari berbagai kelompok yang berbeda. Lebih baik menjadi bagian dari 4 kelompok ketimbang menjadi pucuk pimpinan dalam 1 kelompok saja.
0 Responses

Posting Komentar